Wednesday, September 28, 2011

Indonesiaku Sayang Indonesiaku Malang

Pagi tadi selepas mengantar si kecil sekolah, saya berniat ke wallmart salah satu supermarket yang mirip carrefour atau Hypermart kalo di Indonesia. 


Saat sedang menunggu bus di bus stop, tiba-tiba seorang bapak yang umurnya ku taksir 60-an datang mendekati saya dan berkata penuh selidik "anda dari Indonesia?" 
"yah" kataku. 

bapak tua : you so lucky bisa berada disini. tidak semua orang bisa kesini.
saya: Terima kasih
bapak tua: kamu sekolah disini?
saya : tidak, suami saya yang sekolah
bapak tua: jurusan apa?
saya : dia ambil PhD di political science UH

Sambil sesekali melihat kearah datangnya bus, bapak itu masih terus bercerita
bapak tua : saya pernah tinggal di Indonesia, di Jakarta selama 2 tahun. Saya kerja di PERTAMINA.
saya : oooh, (sambil senyum-senyum)
bapak tua: tapi Jakarta itu crazy!!! Macet, polisi berdiri di jalan dan meminta uang, dan kamu tidak bisa bepergian dengan asesoris seperti ini (sambil menunjuk jam tangannya) jambret dimana-mana.
Saya punya pembantu tapi tidak saya inapkan di rumah, karena pengalaman seorang teman dari Inggris saat dia dan keluarga sedang liburan weekend, datang kerumah barang-barangnya sudah ludes dan pembantu sudah tidak ada di rumah.


Bapak tua itu masih melanjutkan, raut mukanya kuliat mencoba mengingat semua hal yang dia alami saat tinggal di Jakarta. Sayangnya dia tidak tau berbahasa Indonesia.
bapak tua: Saya juga hanya memakai sopir saat-saat tertentu, karena pengalaman teman saya, drivernya menjadikan mobilnya sebagai taxi gelap di luar jam kerja.
saya : tersenyum kecil, sakit hati tapi apa yang di katakan bapak tua itu benar adanya. Dan parahnya bukan cuma di Jakarta.

Bus 4 yang akan di tumpanginya datang, dia berkata
bapak tua: saya titip pesan buat suamimu, sekembalinya dari sini buatlah hal sekecil apapun yang bisa membuat orang-orang di negara kalian bisa berbuat lebih baik. " Nice to meet you" katanya menutup pembicaraan.

Jujur saya sangat sedih, pandangan orang luar terhadap masyarakat kita begitu buruk. Tapi dua tahun pengalaman hidupnya di Jakarta membuat dia berpandangan demikian.

Mari berubah menjadi lebih baik!!!!!!

0 comments:

Post a Comment